Kamis, 10 September 2015

Pride Bandung


Sejarah Flower City Casuals

PERBEDAAN SESUNGGUHNYA BISA MENYATUKAN KITA
Berbicara mengenai perbedaan, kita ini tidak ada keterpisahan, yang ada adalah perbedaan, yang penting kebersamaan. Semua ini timbul dari percaya diri yang positif, kita sama-sama bagian dari Persib kami Bobotoh.
kita sama-sama berdiri di tribun, berteriak, bersorak dalam satu rumah yaitu stadion dimana kita meluapkan emosi secara bersamaan, dan ketika kalah kita pun tertunduk sama-sama. 
Sering kita mendengar bahwa sesuatu yang berbeda itu sulit untuk disatukan, bahkan mungkin tidak akan pernah bisa disatukan. Banyak kita dengar bahwa perbedaan mengantarkan kita pada keterpisahan. Seumpama minyak dan air, kedua cairan ini tak dapat disatukan meskipun kita telah mengaduknya agar tercampur. Padahal bisa kedua cairan itu bersatu, tetapi membutuhkan sabun untuk menyatukannya. Ya, sabun sebagai penyambungnya yaitu PERSIB . dengan nama Persib kita bersatu, walaupun perbedaan ini sedikit membatasi.
Sebenarnya perbedaan tak mesti kita satukan dan kita seragamkan. Perbedaan menciptakan harmoni yang indah ketika di dalam stadion, kita berlomba dalam perbedaan dengan kreatifitas yang kita punya tanpa ada gesekan yang membuat kreatifitas itu tidak terbentuk.
“Sesuatu perbedaan yang ada di antara kita adalah hal yang sesungguhnya bisa menyatukan kita”
Mari kita jaga rumah kita, mari kita jaga ke kondusifan di dalam rumah kita yaitu stadion dan jaga nama baik PERSIB.
- Kami BOBOTOH -

ABOUT ULTRAS

Ultras pada mulanya bertapak di Itali dan berasal dari perkataan Itali ‘oltre’ yang membawa maksud ‘beyond’ atau dalam bahasa melayunya di luar kotak atau melebihi segala-galanya. Menunjukkan di sini, Ultras tidak sama dengan penyokong biasa. Ultras mahukan satu kelainan dan perbezaan di dalam menyokong serta sanggup melakukan apa sahaja demi pasukan yang di sokong sehingga boleh meragut nyawa sendiri.
Seseorang Ultra tidak mempunyai nama dan pengenalan diri. hanya rakan terdekat yang mengenalinya. Seseorang Ultra akan sentiasa menutup mukanya di stadium dan sememangnya tidak mahu dikenali oleh sesiapa. Pakaian seseorang ultra melambangkan mereka tidak mengikut trend masa kini dan lebih selesa bersama hoodie atau jacket hitam yang menutup imej mereka.
Ultras sanggup meredah hujan dan panas terik untuk datang lebih awal sebelum pasukan yang di sokong memulakan perlawanan. Dengan kata lain. Ultras lah golongan pertama akan tiba di stadium. Ultras Sanggup meninggalkan keluarga, pekerjaan, pengajian dan kawan-kawan biasa demi panji yang mereka wakilkan. Ramai yang kehilangan kerja, bercerai, gagal dalam peperiksaan, menjadi miskin. Ribuan duit habis setiap tahun untuk membeli tiket, flare, membuat choreo dan sebagainya. Ini lah penyokong bola sepak yang sebenar.
Di dalam diri seseorang Ultra, terdapat emosi dan keghairahan menyokong yang tidak dapat di rungkai dengan kata. Hanya yang terlibat akan merasai kelainannya dan tidak akan difahami langsung oleh orang biasa. Ultras tidak mengajak orang lain untuk bersamanya tetapi ia timbul dalam niat dan hati masing-masing untuk bersama berjuang bersama Ultras.
Ultras juga cukup lali dengan kritikan dan cacian dari pelbagai pihak termasuk pihak media, ahli politik dan polis. Namun semangat Ultras tidak pernah sekali pun luntur untuk terus menyokong pasukan mereka hingga ke akhir hayat.
Bola Sepak membuatkan Ultras ini cukup bersatu di bawah satu panji. sanggup berkongsi makanan. sanggup berkongsi rokok dan langsung tidak pernah hirau tentang duit yang mereka keluarkan. Kerana semangat di antara mereka adalah lebih penting dari segala-galanya. Jika salah seorang di landa masalah. Semuanya akan turut bermasalah.
Ultras ini cukup terkenal dengan fanatik mereka yang terlampau gila di dalam bola sepak. Hanya yang betul-betul gila akan menyertai Ultras dan mereka sanggup membuat apa-apa perkara yang di luar jangkaan setiap kali menyokong pasukan mereka. Pyro,Choreo, Tifo, Corteo serta macam-macam lagi yang akan mereka lakukan untuk membentuk Suasana sebenar menyokong dalam bola sepak.
Ada yang mengatakan Ultras adalah golongan yang jahat dan kejam. Namun semua itu adalah salah sama sekali. Ultras pada mata orang lain adalah tukang gaduh. Tetapi sebenarnya. Ultras lah yang menjadi benteng pertahanan utama dan mewakili semua penonton yang lain untuk mempertahankan panji mereka. Ultras akan bertindak jika mereka di serang. Dengan kata lain. Jika anda mencari pasal dengan Ultras. Itu satu silap yang besar. Ultras bukan bergaduh sesuka hati. Tetapi adalah demi sayang dan cinta mereka yang tidak berbelah bahagi kepada bola sepak.

Apakah itu Flower city casual ?

Sebelum kita membahas apa itu FCC, ada baiknya untuk dulu apa itu Casuals Culture, tentu saja karena menggunakan bahasa inggris, Casuals Culture pertama kali berkembang di Inggris, tepatnya Liverpool akhir tahun 70-an dan awal 80-an, dimana konflik antar pendukung klub di Inggris tengah panas-panasnya, sehingga akses para pendukung sepakbola untuk memasuki bar dan melakukan perjalanan tandang semakin sulit akibat larangan dari otoritas setempat dan ancaman pendukung klub lawan. Sejak itu, produk sandang dari desainer terkemuka di Inggris seperti Burberry, Stone Island, CP Company, Sergio Tacchini, Fila, Trainers Adidas Originals, Ellesse, Scott & Lyle menjadi pilihan alternatif pengganti jersey dan merchandise klub yang dinilai terlalu berbahaya untuk dipakai, disamping itu infiltrasi ke kelompok saingan pun semakin mudah dilakukan.

Lalu bagaimana dengan kultur skinhead dan hooliganisme? Banyak orang yang mengidentikan casuals dengan kultur skinhead dan hooligan, kultur casuals memiliki keterkaitan dengan kultur skinhead, karena pada awal kemunculannya kultur ini kaum skinhead lah yang memilih berpakaian tanpa warna klub di stadion, mereka memilih menggunakan boots martens dan perry kebanggaan mereka di tribun namun pada saat itu otoritas disana mengidentikan skinhead dengan perusuh sepakbola. hingga ada penitipan paksa boots sebelum masuk ke tribun stadion, karena tahu sendiri akibatnya jika sol Martens mendarat di wajah. Sehingga penampilan sporty ala petenis kondang saat itu menjadi pilihan cerdas, casuals sendiri menyatukan banyak subkultur dalam kultur sepakbola. Berbagai genre musik dari post punk, oi!, new wave, hardcore hingga britpop identik dengan kultur Casuals.

Lalu apa hubungannya dengan hooliganisme? Hmmmà sebenarnya saya menghindari term hooligan dalam bahasan ini, karena hooligan adalah term yang diciptakan media untuk perilaku yang buruk dalam kultur pendukung sepakbola seperti perkelahian antar pendukung sepakbola, pengrusakan fasilitas umum, dll., beberapa Casuals memang mempraktikan hooliganisme dalam aktivitasnya, oleh karena itu saya sangat menghindari term hooligan di ranah ini.

Kultur Casuals masuk ke ranah budaya pop saat sineas tertarik untuk mengangkatnya pada layar lebar, sebt saja The Firm 1984, I.D, Cass, The Rise of Footsoldier, Green Street I & II, Football Factory, Awaydays dan The Firm 2009 dan beberapa judul lainnya. Diantara banyak film tersebut, menurut saya The Firm dan Awaydays lah yang paling mendekati kultur Casuals, dimana unsur
fesyen sebagai bagian dari kultur Casuals sangat ditonjolkan oleh sang pembuat film.

FCC as local casuals

Lalu apa itu FCC? FCC merupakan kependekan dari Flowers City Casuals, yang maknanya kurang lebih sebagai Casuals dari Kota Bandung, berawal dari kesukaan akan budaya inggris, hoby bergaya dengan brand eropa dan kecintaan pada Persib Bandung, sekitar tahun 2005 berdirilah FCC. Berbeda dengan klub penggemar Persib Bandung lainnya, FCC tidak memiliki struktur organisasi dan keanggotaan formal.

Dimanakah FCC bisa ditemui? Oya, kami selalu berada di sisi utara Stadion Siliwangi di setiap laga tandang, jangan berharap mendapatkan koreografi yang indah disini, apa lagi berharap bisa bernyanyi bersama chants ôUwa û Eweö atau ô******Bonek sama Sajaö, karena kami tidak seperti itu, kami berbeda dengan pendukung militan dari bagian timur pulau jawa tersebut, tak ada panglima, tak ada koreografi, mungkin hanya flare terbakar, chants dan caci-maki terhadap klub lawan yang akan didapatkan disini.

Diluar tribun, kami bisa ditemui pada waktu-waktu tertentu, seringkali pada siaran langsung laga tandang Persib Bandung ataupun bigmatch Premier League berlangsung, di kedai seputaran kota Bandung yang menjual bir dengan harga yang tidak terlalu mahal dan menyiarkan tayangan langsung sepakbola, selain PERSIB, obrolan tentang items casuals pun menjadi perbincangan seru diantara kami, info tentang lapak Trainers Adidas Originals ataupun secondhand jaket Sergio Tacchini, Fila, Slazenger menjadi tema penting. beberapa diantara kami adalah penganut taat paham Straight Edge, dan kami respek dengan itu semua.

Ada hal-hal yang sangat dibenci oleh FCC di tribun Stadion, memakai jersey atau merchandise klub yang tidak ada hubungannya dengan pertandingan saat itu, apalagi ditambah dengan tidak menggunakan alas kaki (karena kami menganggap setiap laga Persib adalah seremonial suci yang harus sangat dihargai, bayangkan saja kamu datang ke pesta perkawinan tanpa alas kaki) dan menyanyikan lagu persahabatan antara dua grup pendukung sepakbola dengan embel-embel ôSatu Hatiö WTF! Dan satu lagi, membawa gitar ukulele di tribun, Tai Suci! (maksudnya Holyshit) Apa lagi itu! siapapun bisa menjadi bagian FCC, tentunya mencintai Persib dan kultur Casuals. Bersikap Casuals dan mari bergabung bersama kami disini, di tribun utara!

Awal Mula Munculnya Casuals DiIndonesia


Casual Culture

Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar "Supporter bola" ? tentu saja kalian pasti akan tertuju pada pendukung salah satu tim dari olahraga bola sepak, bukan bola basket, bola tennis, atau pun bola takraw. Dari kata tersebut pula, imajinasi kita mungkin akan menggambarkan sekelompok orang yang berada di sekeliling lapangan di dalam stadion maupun di depan televisi untuk menyaksikan tim kesayangannya bertanding. Pertanyaan selanjutnya, sesempit itukah ? 
Jika kita mendalami kata "Supporter bola" tersebut, ternyata memiliki bahasan yang cukup kompleks dan luas, mulai dari sejarah, pengelompokan, kultur, rivalitas, chants, warna, dan lain-lain. 
Berdasarkan pengelompokkannya, jenis supporter bisa terbagi-bagi berdasarkan kultur dan cara mendukung tim mereka.  Menarik untuk mengenal lebih jauh mengenai ciri khas dari masing-masing macam supporter, mulai dari cara berpakaian, tindakan, serta kreativitas dalam mendukung tim saat berada di area stadion.

Kita mulai dari  subkultur Casual.
Merupakan subbagian dari budaya asosiasi sepak bola yang ditandai oleh hooliganisme sepak bola dan mengenakan pakaian desainer mahal Eropa. Subkultur berasal di Inggris pada akhir 1970-an ketika banyak hooligan mulai memakai label desainer dan olahraga mahal untuk menghindari perhatian polisi. Mereka tidak memakai warna klub, sehingga lebih mudah untuk menyusup kelompok saingan dan untuk masuk ke pub.

Sejarah Casual.
Subkultur kasual dimulai pada akhir 1970-an setelah penggemar Liverpool FC danEverton FC  memperkenalkan seluruh Inggris pada mode Eropa yang mereka perolehsaat mengikuti tim mereka di pertandingan EropaFans ini tiba kembali di Inggris dengan desainer olahraga mahal dari Italia dan Perancis, yang sebagian besarmereka jarah dari toko. Para penggemar membawa kembali banyak merek pakaianunik yang tidak pernah terlihat di negara ini sebelumnyaKemudian penggemarlainnya kaget terhadap barang-barang pakaian langka, seperti pakaian Lacoste atauSergio Tacchini, bahkan Adidas. Pada saat itu, pasukan polisi masih banyakmengawasi supporter skinhead yang mengenakan sepatu Dr Martens, dan tidak memperhatikan fans dengan desainer pakaian mahal.
Pada 1980-an, label pakaian  yang terkait dengan casual terdiri dari: Ellesse,Pringle, Burberry, Fila, Stone Island, Umbro, CP Company, Fiorucci, Pepe,Benetton, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Ben Sherman, Fred Perry, Kappa dan SlazengerTren fashion sering berubah, dan subkultur kasual mencapai puncaknya pada akhir 1980-an.  




Pada pertengahan  1990-an, subculture casual mengalami kebangkitan, tetapi penekanan gaya telah berubah sedikit. Banyak penggemar sepak bola mengadopsi tampilan casual sebagai semacam seragam, mengidentifikasi mereka sebagai berbeda dari pendukung klub biasa. Merk pakaian terkenalnya adalah Stone Island,Aquascutum, Burberry, Lacoste, Prada, Façonnable, Hugo Boss, Maharishi,Mandarina Duck dan Dupe. Pada akhir 1990-an, banyak pendukung sepak bola mulai bergerak menjauh dari merk yang dianggap seragam, karena perhatian polisi bahwa merk ini menarik. Beberapa desainer juga menarik desain tertentu setelah desain mereka termasuk kedalam casual. 




 


Busana casual mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, seperti yang dilakukan musik Inggris seperti The Streets dan The Brothers Mitchell dengan menggunakan pakaian olahraga casual pada video musik mereka. Budaya casualtelah disorot oleh film dan program televisi seperti ID, The FirmThe Football Factorydan Green Street
Meskipun beberapacasual terusmengenakan pakaianStone Island di tahun 2000-an, banyak yangterlepas lencanakompas sehinggamenjadi kurang jelas.Namun, dengan dua jahitan masih menempel, orang yang tahu masih bisamengenali item pakaian.Label pakaian lain yang terkait dengan casual di tahun 2000 terdiri dari: Adidas, Lyle & Scott, Fred Perry, Armani, LambrettaLacoste, nudie Jeans, Edwin dan SupergaBanyak casual telah mengadopsi tampilan yang lebih halus dan underground, menghindari merek pakaianyang lebih utama untuk label pakaian independen.






Berikut beberapa contoh Ultras Eropa yang menggunakan budaya Casual, pakaian yang digunakan berdasarkan perubahan jaman di era modern.













Feyenord Rotterdam






Barusan merupakan contoh Firm yang melakukan budaya casual di Eropa sana. Namun, supporter di Indonesia pun mulai marak mengadopsi budaya yang lahir di Inggris tersebut. Sejauh ini yang saya tahu ada beberapa di klub Indonesia, diantaranya Jakarta Casual (JC) untuk Persija, Flower City Casuals (FCC) untuk Persib, MVMNT untuk Arema.
Berikut beberapa pict. untuk FCC.




Hands In The Air
FCC
FCC

Budaya jalan kaki menuju stadion juga diperlihatkan firm ini yang mengikuti kultur eropa khususnya di inggris ini, begitu juga dengan penggunaan jaket di Bandung memang cocok dari segi iklimnya  karena cukup sejuk. Menarik!